Omo Sebua Hilimondregeraya dibangun seluas 8,5 meter x 14 meter. |
Setelah mengenalkan ornamen-ornamen batu megalitik, sekarang saya akan menghadirkan bangunan rumah adat yang dalam bahasa nias selatan disebut Omo Sebua atau Rumah Besar.
Omo Sebua merupakan kediaman ketua adat/kepala kampung dan hanya ada satu saja dalam satuan kampung adat. Membangun rumah adat tidaklah mudah, selain biaya pembuatannya yang begitu besar, rumah adat besar ini dibangun dengan menggunakan rangkaian adat. Material utama sebagai landasan pembuatan rumah seperti batang-batang kayu besar didapat dari hutan, kemudian dibawa ke kampung secara gotong-royong bersama puluhan orang kampung.
Omo Sebua yang saya dokumentasikan berada di kampung Hilimondregeraya, kecamatan Onolalu. Dan sebenarnya itu bukan bangunan aslinya melainkan bentuk replika dari Omo Sebua yang pernah berdiri. Bangunan aslinya telah lama dibawa oleh dokter berkebangsaan Denmark yang konon masih tersimpan di Museum Kopenhagen.
Replika Omo Sebua ini berdiri diatas lahan seluas 8,5 meter x 14 meter dan belum lama diresmikan yaitu pada tanggal 4 Mei 2012. Dari proses awal pembangunannya hingga selesai menghabiskan waktu 13 bulan 9 hari. Sebagian besar biaya pembuatan dibantu oleh Tirto Utomo Foundation.
Selain bentuk luar bangunan, saya juga menyertakan foto-foto ornamen serta benda-benda seni bersejarah pemberian Museum Pusaka Nias yang tersusun rapih didalamnya. Petunjuk arah menuju desa Hilimondregeraya dapat dilihat pada Peta Bapondar.
*Terima kasih kami sampaikan kepada keluarga yang menjaga dan merawat rumah Omo Sebua Tirto-Fondregeraya. Berkat kebaikan hati dan keramahannya sehingga kami diperbolehkan masuk ke dalam dan mempelajari sekelumit tentang budaya Nias.