Beringin tua di tepi Danau Singkarak, 2010.
|
Sunrise dan sunset merupakan peristiwa alam yang hanya
terjadi satu kali dalam setiap harinya. Sunrise adalah peristiwa dimana
matahari mulai beranjak terbit dari sebelah timur, sebaliknya sunset adalah
momen dimana matahari perlahan terbenam di sisi barat bumi. Sepintas kedua
peristiwa tersebut tampak biasa saja dan tak ada yang istimewa.
Semua orang tahu, menikmati sunrise lebih tepat di atas
ketinggian, seperti ketika sedang berada di puncak gunung, dan sunset yang
indah biasanya dilihat di dataran rendah, seperti di tepi pantai. Namun,
bagaimana jika kedua tempat tersebut jauh dari tempat tinggal kita?! Dan atau,
bagaimana jika kita melihat kedua peristiwa alam tersebut dari tempat yang
berbeda, di tepi danau misalnya.
Propinsi Sumatera Barat memiliki 2 danau sebagai
destinasi wisata bagi wisatawan domestic maupun wisatawan mancanegara, yaitu
danau Maninjau dan danau Singkarak. Kedua danau kebanggaan Indonesia ini
memiliki cerita sejarahnya masing-masing. (Mengenai sejarah Danau
Singkarak, silahkan lihat: ceritarakyatnusantara.com)
Danau Singkarak berada di atas dataran tinggi yang
dikelilingi oleh perbukitan dan perkampungan dengan udara yang sejuk dan
dingin. Menikmati sunset dari tepi danau yang memiliki luas total permukaan
mencapai 11.200 hektar ini sungguh-sungguh menakjubkan dan menjadi sensasi yang
berbeda. Segenap mata memandang, kita akan diperlihatkan oleh pancaran sinar
jingga yang muncul dibalik perbukitan ataupun seberkas sinar kekuningan
bercampur oranye yang terhalangi oleh awan cumulus. Saking luasnya, danau ini
menjadi bagian dari 2 kabupaten, yakni kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah
Datar.
Setiap sore hari, lokasi wisata ini ramai dikunjungi oleh
pelancong local maupun penduduk yang tinggal disekitarnya. Mereka menikmati
senja mentari sambil merasakan jajanan yang tersedia, seperti mie ayam, mie
bakso, sate padang nasi goreng kerupuk balado dan es krim. “Pada hari
Sabtu dan Minggu biasanya di danau ini dijadikan tempat untuk latihan bagi olah
raga dayung,” kata Iyet, seorang wanita paruh baya, beliau adalah
pelatih dayung dan mantan atlet olah raga dayung. Wanita tersebut tinggal tidak
jauh dari gerbang masuk Danau Singkarak. Ia juga pernah membuka outlet kecil
untuk menjual cenderamata khas Sumatera Barat, namun sekarang sudah tutup
karena suatu sebab.
Danau Singkarak memang sekarang sudah mendunia. Apalagi
semenjak diadakannya turnamen balap sepeda tingkat dunia “Tour de’ Singkarak”,
yang sudah menjadi agenda tetap para pembalap sepeda kelas dunia untuk
mengikutinya. Ajang balap sepeda tingkat dunia yang se-level dengan
“Tour de’ Franc” di Perancis.
Namun sedikit orang yang tahu kalau pada tahun 1992
pemerintah Indonesia telah membangun terowongan pipa air yang panjang (19 km)
menembus Bukit Barisan sampai Batang Anai hanya untuk demi menggerakkan
generator PLTA Singkarak di Lubuk Alung, kabupaten Padang Pariaman. Kehebatan
ilmuwan Indonesia dalam memanfaatkan debit air danau Singkarak tidaklah akan
terlaksana dengan baik jika tidak dibantu oleh para pekerja-pekerja asal Jawa
yang terkenal hebat dan kuat.
Jika di danau Maninjau hidup ikan purba yang bernama ikan
Rinuak, di danau Singkarak pun hidup species ikan purba yang disebut dengan
ikan Bilih ((Mystacoleucus padangensis). Menurut para ahli yang telah
melakukan riset di danau ini, terdapat 19 spesies ikan perairan air tawar yang
hidup di habitat Danau Singkarak, salah satunya adalah spesies ikan
Bilih/Biko (Mystacoleucus padangensis).
Nelayan pulang senja usai mencari ikan bilih, 2010. |
Menikmati senja di tepi Danau Singkarak ditemani jajanan khas daerah, seperti Sate Padang dan kerupuk kulitnya, 2010. |
Foto bersama depan basecamp desa Singkarak,2010. |
(Dokumentasi saat Pengumpulan Data Program WSLIC di Provinsi Sumatera Barat. Bersama Kamti Ningsih, Vera Mandasari, Rangga Andika, Santi Wulandari, Fakih, Andrie Dwiyanto, Devi Fitriani,dan Dini Romantika)