Kekayaan Hutan Pohuwato Gorontalo

Tim peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang telah melakukan kajian keanekaragaman hayati di kawasan hutan Blok Sungai Malango – Taluditi, Provinsi Gorontalo menyimpulkan bahwa keragaman hayati di lokasi survei nasih sangat tinggi.

Survei yang dilaksanakan oleh para peneliti bersama Burung Indonesia, Dinas Kehutanan dan Pertambangan Kabupaten Pohuwato dan Provinsi Gorontalo, serta Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XVI Gorontalo tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan informasi dan data dasar tentang kekayaan, keanekaragaman, struktur dan populasi berbagai jenis hidupan liar meliputi flora dan fauna yang menyusun komunitas hutan di kawasan kajian.

Herpetofauna
Hasil kajian pada kelompok amfibia dan reptilia menunjukkan, sebagian besar jenis-jenis herpetofauna yang tercatat di ketiga lokasi survei merupakan generalis yang relung ekologinya dapat menempati berbagai tipe habitat. Walaupun demikian komunitas herpetofauna tersebut menunjukkan kecenderungan perbedaan komposisi di tipe habitat yang berbeda, yang cenderung lebih variatif dari segi tipe habitat, mulai dari perladangan, hutan sekunder muda dan sekunder tua. Untuk menjaga kelangsungan hidup herpetofauna maka dipandang perlu perlindungan dan pemulihan kembali ekosistem hutan dan sungai.

Mamalia
Camp Tulidu dan Camp Doyong merupakan bagian penting bagi upaya konservasi. Pada kedua lokasi cuplikan ini terdapat komunitas mamalia berbeda yang mengindikasikan bahwa masing-masing mempunyai relung khas untuk hidup dan berkembang biak. Dari hasil survei terungkap pula sedikitnya 17 jenis mamalia hidup di Camp Tulidu dan Camp Doyong, yang terdiri atas 2 jenis primata, 5 jenis kelelawar, 7 jenis pengerat, dan 3 jenis artiodactyla. Monyet yaki M. hecki, kelelawar R. celebensis dan bajing P. leucomus merupakan jenis dengan jumlah individu yang paling banyak tercatat dalam survei ini.

Camp Tulidu dan Camp Doyong masih mempunyai daya dukung untuk menunjang kehidupan berbagai hewan mamalia tersebut. Namun demikian ada indikasi kerusakan hutan akibat aktivitas manusia yang mengancam kelestarian hidup mamalia tersebut. Pada umumnya mamalia di Camp Tulidu dan Camp Doyong merupakan jenis yang rentan terhadap kerusakan habitat karena beberapa jenis merupakan endemik Sulawesi dan mempunyai status dilindungi (IUCN, CITES).
Burung

Hasil studi memperlihatkan, daerah kajian bekas tebangan yang masih cukup baik sebagai habitat burung diperkirakan dapat mempertahankan kekayaan jenisnya. Sedikitnya ada 87 jenis burung dari 34 suku tercatat dari survei burung yang dilakukan di wilayah Tulidu, Doyong, Dulamahe, dan Panianggata..

Hutan sekunder dapat menjadi lokasi kolonisasi baru bagi burung-burung hutan. Sementara itu, mosaik perladangan dengan fragmen hutan yang cukup luas diharapkan mampu menunjang populasi burung dan dapat menjaga keanekaragaman jenis dalam skala lanskap. Oleh karena itu, hutan sekunder dan tipe habitat lain serta sisa komunitas hutan primer sebagai sumber keanekaragaman hayati yang perlu dijaga dengan baik mengingat masih memiliki nilai konservasi yang tinggi.

Kawasan Konservasi Pohuwato Gorontalo
Hutan Pohuwato. Foto: Burung Indonesia.
Hutan Pohuwato Gorontalo
Pohon Gaharu. Foto: Burung Indonesia.
Hutan Pohuwato di Gorontalo
Pigaffeta fillaris. Foto: Burung Indonesia.
Kodok Bufo di Gorontalo
Kodok Bufo. Foto: Arthur Arfian.
Hewan Anoa di Hutan Gorontalo
Anoa. Foto: Burung Indoensia.
Babi Rusa di hutan Gorontalo
Babi Rusa. Foto: Burung Indoensia.
Juvenile R. Celebensis Hutan Pohuwato
Juvenile R. Celebensis. Foto: Burung Indonesia.
Kupu-kupu langka hutan Gorontalo
Kupu-kupu. Foto: Burung Indonesia.
Ular berbisa di hutan Pohuwato
rhabdophis chrysargoides. Foto Arthur Arfian
Sungai hutan Pohuwato Gorontalo
Foto: Burung Indonesia.
Bunga Dillenia serrata hutan Gorontalo
Dillenia serrata. Foto: Burung Indonesia.