Dukungan lembaga non pemerintah baik internasional maupun nasional dirasakan sangat bermanfaat dalam memperkuat pengelolaan kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Spesialisasi yang beragam di antara lembaga non pemerintah tersebut semakin memperkaya pengetahuan dan pendekatan konservasi di lapangan.
Wildlife Conservation Society – Indonesia Program, Lembaga Internasional yang berkantor pusat di New York ini telah 15 tahun bekerjasama Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Sejak tahun 1997, WCS-IP melakukan penelitian mendalam dalam berbagai aspek ekologi. Sebuah Stasiun penelitian di Way Canguk menjadi sumber pengetahuan ilmiah yang digunakan peneliti dalam dan luar negeri. WCS-IP mendukung kegiatan perlindungan dan pengamanan hutan yang terintegrasikan dengan perangkat SMART. Melalui perangkat SMART, seluruh data kegiatan perlindungan dan pengamanan hutan tercatat dalam sistem data base. Untuk menekan kerugian dari masyarakat dan mengurangi tingkat kematian satwa yang berkonflik, WCS-IP mengembangkan Unit Penanganan Konflik Satwa Liar (Wildlife Response Unit) yang bekerja bersama para pihak. Secara keseluruhan dukungan WCS-IP diarahkan untuk membantu meningkatkan efektifitas pengelolaan.
Way Canguk diperuntukan pengelola khusus bagi “Wisata Pendidikan dan Penelitian”. Beragam obyek hidupan liar menunjang para pemerhati dan peneliti tumbuhan dan satwa liar dapat ditemukan di lokasi ini. Anda perlu waktu dua jam berjalan kaki dari desa terdekat menuju camp Canguk.
Meneliti kehidupan kelompok siamang, cecah dan owa yang sudah terhabituasi menjadi sangat menarik. Anda juga bisa mengamati hubungan Antara musim pohon berbuah dan keberadaan burung pemakan buah.
Setelah seharian meneliti dan menelusuri hutan rimba taman nasional, peneliti pun dapat melepas lelahnya di kamar-kamar yang tersedia di Camp Canguk. Pondok-pondok dibangun dengan material kayu, dilengkapi dengan dapur dan kamar mandi, suasana damai di Camp Canguk begitu kental. Ditambah lagi kicauan burung, suara gema siamang, cecah, owa dan primate lainnya serta landskap sungai Way Canguk, sering kali membuat waktu penelitian telah bergulir cepat, hingga akhirnya sang peneliti ingin menambah dan kembali merindukan suasana Camp Canguk.