Kami memilih Air Terjun Jeruk Manis sebagai destinasi liburan yang pertama dengan pertimbangan jarak lokasinya yang paling terdekat dengan basecamp tempat kami tinggal.
Cuaca pada hari Jumat (13/01) cukup cerah. Kami bergegas mencari kendaraan bermotor untuk disewa. Tanya sana sini, tak ada hasil. Ternyata tidak gampang menyewa motor disini, apalagi kami hanyalah pendatang. Warga desa pernah punya pengalaman pahit dalam hal sewa menyewa motor, sebab pernah ada motor yang dibawa kabur. Begitulah cerita seorang ibu kepada saya.
Hingga siang hari belum satu pun motor yang kami dapatkan. Sempat ada rasa pesimis untuk batal saja berliburnya. Namun, kadang nasib memang tidak selalu sial. Tiba-tiba saja datang seorang remaja menawarkan sepeda motornya untuk dipakai. Bahagianya. Sebelumnya remaja itu telah mendengarkan penjelasan dari kami. Menjelang petang kami berangkat menggunakan 3 sepeda motor yang dipinjamkan oleh remaja tadi.
Dengan mendapat petunjuk arah dari si remaja tadi, maka menjadi mudah bagi kami untuk sampai ke tujuan. Kondisi jalan sepanjang perjalanan beraspal hitam mulus, namun tidak cukup lebar untuk dua mobil bila lewat berpapasan. Apalagi kalau bus yang berpapasan, tentu mesti ada yang mengalah dan menepi sebentar.
Apa yang menjadi perhatian kami selama perjalanan adalah keindahan bangunan-bangunan cottage atau losmen dengan arsitektur bergaya rumah adat Sasak serta eloknya pemandangan pertanian padi sawah terasering. Padi itu ada yang sudah menguning dan ada pula yang masih hijau.
Tak terasa waktu 30 menit telah kami lewati hingga sampailah di tujuan. Di depan kami berdiri kokoh melengkung gerbang masuk Geopark Gunung Rinjani. Kami langsung mengarahkan motor ke parkiran. Seorang petugas jaga menghampiri dan memberikan karcis parkir yang sekaligus sebagai tiket masuk ke lokasi Air terjun. Per motor dikenakan lima ribu rupiah dan bayarnya nanti saja setelah kembali, kata si petugas jaga dengan ramah.
Beliau juga menjelaskan kalau jarak ke dalamnya (Air Terjun) tidak sampai 2 kilometer dan hanya memerlukan waktu sekitar 20 menit dengan berjalan santai. Mendapat info itu, kami lantas bergegas masuk kedalam. Kami rasa cukup punya waktu untuk masuk dan keluar mengingat hari sudah petang. Sesaat kami berjumpa dengan dua perempuan desa yang berjalan arah pulang. Keduanya memanggul ikatan kayu kering untuk dijadikan kayu bakar.
Gunung Rinjani, sebagai salah satu dari enam Geopark di Indonesia tentu sudah menyiapkan segalanya untuk membuat nyaman pengunjung saat melakukan ekowisata disini. Bagi pengunjung telah dibuatkan jalan batu yang akan menuntun sampai ke lokasi. Lebar jalan batu itu sekitar 1 meter.
Dalam perjalanan kita akan menjumpai rombongan kera abu ekor panjang dengan berbagai macam ukuran. Satwa ini adalah endemic disini. Sebenarnya ada beberapa satwa endemic di Geopark Gunung Rinjani. Kita dapat lihat dan membaca pada papan informasi yang terdapat di sepanjang sisi jalan berbatu. Bila merasa lelah dalam perjalanan, telah disediakan pula 2 shelter beratap sebagai tempat untuk duduk melepas penat.
Setelah hampir setengah jam kami berjalan, terdengar bunyi gema gemuruh air jatuh pertanda kami telah mendekati Air Terjun Jeruk Manis. Petunjuk lainnya adalah tumbuhan pakis hutan yang menempel di sisi kiri dinding batu. Vegetasi ini kami lewati dengan jalanan yang menurun. Lembab dan sedikit licin. Perlu kehati-hatian untuk menuju shelter terakhir tanpa atap. Shelter itu sebenarnya berupa panggung besi berpagar yang berfungsi sebagai tempat ber-foto ria dengan mengambil latar belakang air terjun. Dibangun agak dekat air terjun karena pertimbangan debit air terjun yang hanya setinggi 40 meter. Sehingga percikan jatuhan air yang kemudian terhempas angina terasa begitu lembut menerpa tubuh kita.
Bagi yang kuat menahan rasa dingin, silakan turun mendekat dan berendam di kolam alami. Hindari berada tepat di bawah jatuhan air karena bisa saja bongkahan batu di atas terdorong jatuh ke bawah sehingga akan menimpa kepala. Dan jangan terlalu lama berendam dan kuyub karena nanti akan terserang hiportemia.