Pesona Kampung Megalitik Bawomataluo


Rumah Kepala Suku Nias
Beberapa Dolmen di depan Rumah Raja.

Robert von Heine Geldern sudah meninggal 47 tahun lalu, namun kerja-kerja risetnya masih menancap kuat sebagai rujukan untuk melihat dan menyelami bagaimana kehidupan budaya masa prasejarah di bumi Nusantara ini. 

Masa prasejarah Nusantara ditandai dengan penemuan batu-batu besar menyerupai bangunan yang diyakini sebagai media pemujaan kepada roh-roh leluhur. Heine Geldern menyebutnya dengan kebudayaan megalitikum atau zaman batu. Peninggalan otentik pada zaman Batu-batu besar itu kita kenal dengan sebutan: Dolmen, Menhir, Arca, Waruga, Sarkofagus, Punden berundak.

Bawomataluo adalah nama sebuah desa di kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara. Di desa ini lah atraksi loncat batu dipertunjukkan dan kini menjadi terkenal hingga mendunia. Banyak wisatawan luar negeri maupun wisatawan domestic datang hanya untuk melihat atraksi tersebut. Selain atraksi loncat batu, desa Bawomataluo juga menawarkan benda-benda peninggalan prasejarah untuk kita lihat, seperti Rumah Raja yang didirikan dengan batang-batang kayu besar, Dolmen atau meja batu, Arca batu dengan berbagai macam bentuk dan ukuran, dsb. 

Semoga beberapa foto berikut dapat memberikan gambaran dan menarik minat anda untuk datang ke Situs Megalitik Bawomataluo. 

Rute perjalanan menuju desa Bawomataluo dapat lihat disini 

Batu Besar Jaman Megalitik
Menhir horizontal.
Batu Megalitik Nias Selatan
Menhir Vertikal.
Susunan Batu Jaman Megalitik
Arena untuk atraksi Loncat Batu.
Patung Batu Jaman Megalitik
Arca Batu diletakkan didepan rumah warga.
Meja Batu Desa Bawomataluo
Replika Arca dan Dolmen.