Ini
adalah pengalaman lama. Kegiatan saya sewaktu dua tahun lalu ketika di
Tanggamus, Lampung. Saya menerima ajakan dari seorang kawan yang bekerja di
WCS-IP dengan area Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, untuk bermain di camp
penelitian milik WCS-IP, nama camp-nya Stasiun Penelitian Way Canguk.
Way Canguk merupakan stasiun riset yang dikelola oleh WCS-IP bersama Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Dibangun pada bulan April tahun 1997 dan diberi nama Pusat Penelitian dan Pelatihan Konservasi Way Canguk. Memiliki enam bangunan yang diberi nama-nama spesies yang hidup di kawasan hutan Way Canguk: Hystrix, Trek Force, Argus, Elephas, Hylobates dan Aceros.
Dengan
berdirinya salah satu tempat riset di kawasan Taman Nasional Bukit Barisan
Selatan, diharapkan dapat dijadikan tempat bagi peneliti yang ingin meneliti
kehidupan liar pada jangka waktu yang panjang. Kehidupan liar yang dimaksud
seperti harimau sumatera (panthera tigris sumatrae), badak sumatera
(dicerorinus sumatrae), gajah sumatera (elaphas maximus sumatranus) dan tapir (tapirus
indicus), serta tumbuh-tumbuhan hutan primer Taman Nasional Bukit
Barisan Selatan.
Luas total keseluruhan wilayah teritori Stasiun Penelitian
Way Canguk adalah 900 hektare. Dari total luasnya itu masih terbagi lagi
kedalam dua mata angin, yang sebelah utara seluas 200 hektare dan di sebelah
selatan adalah sisanya yakni 700 hektare. Areal penelitian Way Canguk berada
pada sudut 5° 39’ Lintang Selatan dan 104°24’ Bujur Timur, dengan
ketinggian berkisar antara 0-100 meter di atas permukaan laut.